BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku
bangsa mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan
dengan asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk
mengenal suatu suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan
kesenian yang sama. Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah,
dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku
bangsa lainnya. Suku bangsa merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas. Mereka
percaya bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga merasa
sebagai satu golongan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka mempunyai bahasa dan
adat istiadat sendiri yang berasal dari nenek moyang mereka.
Setiap suku bangsa mempunyai upacara adat dalam
peristiwa-peristiwa penting kehidupan. Misalnya Seperti sistem kepercayaan,
sistem dekonomi,sosial budaya dan lain-lain. Dalam makalah ini akan membahas
beberapa suku yang ada di indonesia diantaranya adalah suku batak dari
sumatera, suku kerinci jambi, suku bugis dari makassar
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa saja sistem kepercayaan, ekonomi, dan sosial
budaya yang ada di suku batak dari sumatera ?
b.
Apa saja sistem kepercayaan, ekonomi, dan sosial
budaya yang ada di suku Kerinci dari jambi ?
c.
Apa saja sistem kepercayaan, ekonomi, dan sosial
budaya yang ada di suku bugis dari makasar ?
1.3 Tujuan
a.
Untuk menegetahui sistem kepercayaan, ekonomi,
dan sosial budaya yang ada di suku batak dari sumatera
b.
Untuk mengetahui sistem kepercayaan, ekonomi,
dan sosial budaya yang ada di suku Kerinci dari jambi
d.
Untuk mengetahui sistem kepercayaan, ekonomi,
dan sosial budaya yang ada di suku bugis dari makasar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Suku batak dari
Sumatera
Di daerah
Batak terdapat beberapa agama, antara lain: agama Islam, agama Katolik, dan
agama Kristen Protestan. Meskipun demikian, konsep-konsep kepercayaan atau
religi purba masih hidup terutama di pedesaan. Sumber utama untuk mengetahui
sistem kepercayaan dan religi purba ini adalah buku pustaka yang terbuat dari
kayu dan ditulis dengan huruf Batak. Buku tersebut memuat konsep-konsep tentang
pencipta, jiwa, roh, dan dunia akhirat.
a.
Sistem
kepercayan suku batak dari sumatera
Di
wilayah Batak telah dipengaruhi oleh beberapa agama, yaitu agama Islam dan
Kristen Protestan. Agama Islam masuk di Minangkabau sejak tahun 1810 dan
sekarang dianut oleh sebagian besar dari orang Batak selatan (Mandailing dan
Angkola).
Sedangkan
agama Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun dan oleh misionaris dari
Jerman sejak tahun 1863 dan ke daerah Karo oleh misionaris dari Belanda. Di
samping itu juga ada agama-agama lain dan agama pribumi.
Walaupun
sebagian besar orang Batak telah menganut agama Islam. Protestan dan Katholik,
namun banyak konsep-konsep agama aslinya masih hidup terutama di pedesaan. Hal
ini dapat diketahui lewat buku-buku kuno yang berisi silsilah Batak dan dunia
makhluk halus.
b.
Sistem
Ekonomi suku batak dari smatera
Sistem ekonomi
atau sistem mata pencaharian yang dilakukan masyarakat Batak adalah bercocok
tanam di sawah, ada juga yang di ladang seperti suku bangsa Karo, Simalungun,
dan Pakpak.
Masyarakat
Batak mengenal sistem gotong-royong dalam bertani, dalam bahasa Karo disebut
raren, sedangkan dalam bahasa Toba disebut marsiurupan. Gotong royong dilakukan
dengan mengerjakan tanah secara bersama-sama oleh tetangga atau kerabat dekat.
Alat yang digunakan untuk bercocok tanam, antara lain cangkul, bajak (tenggala
dalam bahasa Karo, luku dalam bahasa Toba), dan tongkat tugal (engkol dalam
bahasa Karo). Bajak biasanya ditarik dengan sapi/kerbau, sabit (sabi-sabi dalam
bahasa Toba) dipakai untuk memotong padi, ada juga yang memakai ani-ani.
Peternakan yang
diusahakan oleh masyarakat Batak, seperti kerbau, sapi, babi, kambing, ayam,
dan bebek. Babi biasanya untuk dimakan dan juga digunakan dalam upacara adat.
Di Pulau Samosir tepi Danau Toba, menangkap ikan dilakukan intensif dengan
perahu lesung (Solu) dan hasilnya dijual ke kota.
a. Sistem Sosial Budaya Suku Batak Dari
Sumatera
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak
menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo;
(2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai
oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan
Mandailing.
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal
bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam
bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat
dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu
merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri
tergantung kepada persetujuan pesertanya.
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan
orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari
pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah
seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga
Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang
dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen. Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah
menikah.
2.2 Suku Kerinci dari Jambi
Nama Kerinci berasal dari
bahasa Tamil, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana) yang tumbuh di
India Selatan pada ketinggian di atas 1800m yang mekarnya satu kali selama dua
belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan pegunungan. dapat
dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak lama dan
nama Kerinci sendiri diberikan oleh pedagang India Tamil Suku Kerinci
sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera adalah penutur bahasa
Austronesia.
Berdasarkan
bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Proto Melayu, dan paling dekat dengan
Minangkabau Deutro
Melayu dan Jambi Deutro
Melayu. Sebagian besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang
memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antar satu dusun dengan
dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh -
setelah pemekaran wilayah tahun 2008. Untuk berbicara dengan pendatang biasanya
digunakan bahasa Minangkabau
atau bahasa Indonesia
(yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi). Suku Kerinci memiliki aksara
yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu variasi surat
ulu. Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke
dalam wilayah adat (adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang
lainnya menganggap Kerinci sebagai wilayah rantau Minangkabau.
a. Sistem Kepercayaan Suku Jambi
Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk
agama Islam, yang kemudian disusul dengan agama Budha dan Kristen protestan.
Mungkin ini juga karena dipengaruhi oleh warga pendatang yang datang ke Jambi
yang kebanyakan berasal dari keturunan Cina atau TiongHua. Dalam tabel dibawah
ini, dapat kita lihat persentase agama yang dianut masyarakat Jambi.
b. Ekonomi dari suku kerinci dari jambi
Mata
pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berladang dan melaut Di Jambi
sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian
mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal
dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak
di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong.
Sedangkan
dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan,
begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan. Usaha-usaha tambahan ini
biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya.
Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.
Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.
a. Sosial dan budaya dari suku kerinci dari
jambi
Satu
kelompok masyarakat di dalam satu kesatuan dusun dipimpin oleh kepala dusun,
yang juga berfungsi sebagai Kepala Adat atau Tetua Adat. Adat istiadat
masyarakat dusun dibina oleh para pemimpin disebut dengan Sko yang Tigo Takah,
terdiri dari Sko Depati, Sko Pemangku dan Sko Permenti Ninik Mamak. Depati
merupakan jabatan tertinggi dibawahnya adalah Pemangku yang merupakan Tangan
kanan dari Depati, Dibawah Pemangku ada Permenti Ninik Mamak (Rio, Datuk, Ngebi)
merupakan gelar adat yang mempunyai kekuatan dalam segala masalah kehidupan
masyarakat adat.Wilayah Depati Ninik Mamak disebut ‘ajun arah’. Struktur
pemerintahan Kedepatian di Alam Kerinci disebut dengan Pemerintahan Depati
Empat Diatas dan Tiga dibaruh, Pemangku Lima, Delapan Helai Kain
Masyarakat
Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang yang
dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat pada
tenganai rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci
perkawinan dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran
agama Islam.
Hubungan
kekerabatan di Kerinci mempunyai rasa kekeluargaan yang mendalam. Rasa sosial,
tolong-menolong, kegotongroyongan tetap tertanam dalam jiwa masyarakat Kerinci.
Antara satu keluarga dengan keluarga lainnya ada rasa kebersamaan dan
keakraban. Ini ditandai dengan adanya panggilan-panggilan pasa saudara-saudara
dengan nama panggilan yang khas. Karenanya keluarga atau antar keluarga sangat
peka terhadap lingkungan atau keluarga lain. Antara orang tua dengan anak,
saudara-saudara perempuan seibu, begitupun saudara-saudara laki-laki merupakan
hubungan yang potensial dalam menggerakkan suatu kegiatan tertent
2.2 Tentang Suku Bugis dari Makasar
Bugis merupakan kelompok
etnik dengan wilayah asal Sulawesi
Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat,
sehingga pendatang Melayu
dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak
abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan
Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.[2]
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar
enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi
Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Papua,
DKI Jakarta, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Riau, dan Kepulauan
Riau. Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura
yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara
tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis
sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
a. Sistem Kepercayaan Suku Bugis dari Makasar
Masyarakat
Bugis banyak tinggal di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Mereka penganut
Islam yang taat. Masyarakat Bugis juga masih percaya dengan satu dewa tunggal
yang mempunyai nama-nama sebagai berikut.
1. Patoto-e adalah
dewa penentu nasib.
2. Dewata Seuwa-e
adalah dewa tunggal.
1. Turie a’rana
adalah kehendak tertinggi.
Masyarakat Bugis menganggap bahwa budaya (adat) itu
keramat. Budaya (adat) tersebut didasarkan atas lima unsur pokok panngaderreng
(aturan adat yang keramat dan sakral), yaitu sebagai berikut.
1. Ade (‘ada dalam
bahasa Makassar).
2. Bicara.
3. Rapang.
4. Wari’.
5. Sara’.
a. Sistem Eknomi Suku Bugis dari Makasar
Orang
Bugis-Makassar yang tinggal di desa-desa daerah pantai bermata pencaharian
mencari ikan. Mereka akrab dengan laut dan berani mengarungi lautan luas.
Mereka menangkap ikan sampai jauh ke laut hanya dengan perahu-perahu layar.
Dengan perahu layar dari tipe pinisi dan lambo, orang Bugis-Makassar mengarungi
perairan nusantara sampai Srilanka dan Filipina.
Mereka
merupakan suku bangsa Indonesia yang telah mengembangkan
kebudayaan maritim sejak abad ke-17. Orang Bugis-Makassar juga telah mewarisi
hukum niaga pelayaran. Hukum ini disebut Ade’allopiloping Bicaranna Pabbalue
ditulis oleh Amanna Gappa pada lontar abad ke-17. Sambil berlayar orang
Bugis-Makassar mengembangkan perdagangan ke berbagai tempat di Indonesia.
Berbagai jenis
binatang laut ditangkap dan diperdagangkan. Teripang dan holothurioidea
(sejenis binatang laut) ditangkap di kepulauan Tanibar, Irian Jaya, bahkan
sampai ke Australia untuk dijual
kepada tengkulak. Melalui tengkulak binatang laut ini diekspor ke Cina. Mulai
abad ke- 19 sampai abad ke-20 ekspor teripang sangat maju.
Selain
pertanian, penangkapan ikan, pelayaran,dan perdagangan, usaha kerajinan rumah
tangga merupakan kegiatan orang Bugis-Makassar untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga. Berbagai jenis kerajinan rumah tangga mereka hasilkan. Tenunan sarung
sutera dari Mandar, dan Wajo, serta tenunan sarung Samarinda dari Bulukumba
adalah salah satu contohnya.
b. Sosial dan Budaya Suku Bugis dari Makasar
Bugis
merupakan salah satu suku yang terdapat di Indonesia, khususnya di Provinsi
Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga
diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang
mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang anggota
keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga, maka ia akan diusir
atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang ini. Tidak ada
lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya karena tidak ingin
menanggung malu dan tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu masih
dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi
setidaknya masih diingat dan dipatuhi.
Bugis
bukanlah sekedar salah satu suku yang terdapat di Sulawesi Selatan,
melainkan juga sebuah identitas kultural (kebudayaan) yang menggambarkan
karakter dan ciri khas masyarakatnya. Suku bugis tidak hanya dikenal sebagai
bangsa yang keras , tetapi juga kaya akan kesenian. Hasil-hasil kebudayaan
masyarakat dalam bentuk kesenian dapat dilihat dari beberapa hal ini:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa
mempunyai ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan
asal-usul dan kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal
suatu suku bangsa
Setiap suku
bangsa mempunyai upacara adat dalam peristiwa-peristiwa penting kehidupan.
Misalnya Seperti sistem kepercayaan, sistem dekonomi,sosial budaya dan
lain-lain. Dalam makalah ini akan membahas beberapa suku yang ada di indonesia
diantaranya adalah suku batak dari sumatera, suku kerinci jambi, suku bugis
dari makassar
3.2 Saran
Makalah ini
diharapkan dapat membantu para siswa untuk lebih mengenal suku – suku yang ada
di indonesia khususnya suku batak dari sumatera, suku kerinci dari jambi, suku
bugis dari makasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar