leily ijolumut

leily ijolumut

Kamis, 20 Agustus 2015

Teladan yang dapat diambil dari kepribadian soekarno

TELADAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI SOEKARNO
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, nge-kost di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil mendapatkan gelar Insinyur (Ir) pada 25 Mei 1926.
Kemudian, Beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
TELADAN YANG DAPAT DI AMBIL DARI KEPRIBADIAN PALAWAN SOEKARNO
  1. Tidak melakukan Korupsi atau segala sesuatu yang dapat menghancurkan Kita; 
  2. Apabila Kita ingin memimpin orang lain, pimpin dahulu diri Kita sehingga orang lain yang Kita pimpin-pun akan segan, terbukti dengan Kepemimpinan Soekarno yang tidak mengambil uang rakyat berakibat pada orang-orang yang dipimpinnya-pun tidak sampai hati untuk melakukan hal itu; 
  3. Menjadi Pemimpin yang terbuka, tidak hanya untuk golongannya tapi untuk semua kalangan yang dipimpin, terbukti dengan Keinginan Soekarno yang ingin Istana Negara bukan hanya menjadi tempat bagi para mandataris rakyat, tapi juga terbuka untuk setiap orang yang ingin masuk dan belajar di sana, tidak seperti kondisi sekarang yang penjagaan sangat ketat sehingga cenderung orang-orang istana saja yang bisa masuk ke sana; 
  4. Menjadi pemimpin yang jika berbicara tidak hanya mampu dimengerti oleh orang-orang yang berpendidikan, tapi bisa menyesuaikan dengan siapa yang diajak bicara
  5. Pemimpin harus memerdulikan ‘orang kecil’. Hakikat pemimpin adalah orang yang dipilih rakyat (mandataris rakyat), sehingga harus memerdulikan rakyat yang dipimpinnya; 
  6. Jangan pernah menyerah dalam memerjuangkan kebenaran dan untuk kepentingan masyarakat banyak; 
  7. Jangan terlalu menikmati (terlena) dengan jabatan yang Kita pegang sekarang seolah tidak ingin turun, walaupun Kita telah menorehkan prestasi yang membanggakan, Kita harus sadar bahwa jabatan itu harus berganti, jika tidak, maka akan terjadi hal-hal yang negatif; 
  8. Pemimpin harus gigih dalam memerjuangkan kebenaran walaupun risikonya sangat besar
  9. Pemimpin yang tegas dan berani, adalah pemimpin yang dapat selalu mempertahankan integritasnya, sekalipun ‘penjara’ rintangannya; 
  10. Apabila seorang pemimpin ingin dan bermaksud memperjuangkan kepentingan ‘rakyat’ yang dipimpinnya, maka Pemimpin tersebut harus sebisa mungkin berjumpa dengan ‘rakyat’nya, karena dengan itu, maka akan tampak bukan hanya sekadar janji-janji yang terlontar, namun ada usaha untuk menjadikan itu nyata.



Tidak ada komentar: