A. PENGERTIAN MUSIKALISASI
PUISI
Musikalisasi puisi
adalah puisi yang di nanyikan sehingga seorang pendengar yang kurang
paham menjadi paham, yang tidak bisa menggambarkan sebuah isi puisi bisa tau
isi puisi tersebut. Dengan mengkoloborasikan antara sastra dan musik.
Musikalisasi puisi,
seperti halnya deklamasi atau pembacaan puisi, rampak puisi, dan dramatisasi
puisi, adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan dan
mengekspresikan puisi kepada audien.
Musikalisasi puisi
dapat diartikan melagukan sebuah puisi atau membaca puisi dengan diiringi
musik. Yang diperhatikan dalam musikalisasi puisi adalah makna, suasana, dan
irama puisi. Berikut ini ada beberapa hal yang harus dilakukan agar dapat
memusikalisasi puisi secara baik.
1. Menentukan puisi yang
akan dimusikalisasi.
2. Mengapresiasi puisi
yang telah ditentukan.
3. Memerhatikan
kesusastraan isi puisi dengan suasana yang dibangun.
4. Menentukan alat musik
yang digunakan untuk mengiringi musikalisasi puisi.
5. Menentukan notasi nada
yang akan digunakan
Musikalisasi puisi
sudah menjadi sebagian dari sastra dan seni,
Cara proses dari puisi menjadi Musikalisasi puisi
Cara proses dari puisi menjadi Musikalisasi puisi
1. Baca Puisi.
2. Pahami isi puisi.
3. Jika sudah mengetahui
isi puisi, coba mencari nada sesuai isi puisi (nada sedih, senang, kemerdekaan
dan lain - lain).
4. Setelah melakukan kedua
tersebut satukan puisi yang kita baca dengan musik.
5. Musik harus sesuai
dengan isi puisi agar pendengar paham dengan isi puisi karna itulah
B. JENIS-JENIS
MUSIKALISASI PUISI
1.
Musikalisasi Puisi Awal
Musikalisasi
puisi yang dibawakan dengan cara pembacaan puisi yang dilatarbelakangi atau
yang diiringi komposisi musik, baik musik vokal maupun instrumental.
2.
Musikalisasi Puisi Terapan
Musikalisasi
puisi yang mana syair-syair puisi diterapkan menjadi lirik lagu, sebagimana
halnya lagu-lagu popular pada umumnya.
3.
Musikalisasi Puisi Campuran
Musikalisasi
puisi yang ditampilkan dengan cara menyuguhkan komposisi musik, yang di
dalamnya ada sebuah puisi syair-syairnya ada yang dilagukan dan dinarasikan.
C. MEMBUAT MUSIKALISASI PUISI
Musik memiliki karakteristik tersendiri. Puisi pun demikian. Dalam
musikalisasi puisi, musik dan puisi ini dipadukan untuk menyampaikan atau
mengkomunikasikan makan puisi. Agar dapat melakukannya dengan baik, tentulah
harus dikuasai teknik-tekniknya. Selain itu
karena ada dua unsur yang disatukan di dalamnya, yaitu musik dan puisi,
kedua hal ini pun harus dikuasai terlebih dahulu.
1. Aspek-Aspek Cara Membuat Musikalisasi Puisi Secara
Tepat
a.
Pemusikalisasi
Puisi
Ada dua hal
yang harus diperhatikan oleh seseorang yang ingin membuat musikalisasi puisi.
Yang pertama berhubungan dengan musik, dan yang kedua berhubungan dengan puisi.
Dalam
kaitannya dengan hal pertama, si pemusikalisasi puisi harus sudah mempunyai
kemampuan teknis dalam bidang musik. Artinya, dia harus tidak punya kendala
teknis dalam bidangnya sendiri (musik). Adapun berhubungan dengan hal kedua,
seseorang yang akan memusikalisasi puisi hendaknya sudah memiliki bekal
sejumlah pengertian yang berhubungan dengan puisi itu sendiri. Juga
kemampuan teknis dalam membaca (memahami, menikmati, dan memasuki unsur-unsur
puisi secara lebih mendalam)
b.
Menyampaikan
Puisi Melalui Musik
Penyair
berusaha mengolah dan menggali daya tarik dan daya ungkap bahasa dalam puisinya
yang berupa bunyi, irama, dan rima . segala aspek puisi itu hendaknya dapat
ditangkap oleh seorang pemusikalisasi puisi.
Dengan
mengkaji dan menangkap aspek-aspek tersebut, arti puisi pun dapat tertangkap,
baik arti berupa pokok pembicaraan dalam puisi, perasaan dan suasana hati yang
terkandung dalam puisi, nada bicara penyair dalam mengungkapkan puisi, dan
maksud atau tujuan yang ingin dicapai penyair dalam puisi itu. Keempat arti
tersebut hendaknya dapat tertampilkan atau terpresentasikan dalam karya
musikalisasi puisi. Artinya, puisi tidak sekedar memberi warna musik atau irama
pada puisi, tapi juga menampilkan roh puisi yang hendaknya dapat membangkitkan
daya tarik, daya ungkap, dan daya sentuh puisi yang digarap.
c.
Penggunaan Alat
Musik untuk Musikalisasi Puisi
Selama ini ada
semacam salah tafsir terhadap apa yang dinamakan musikalisasi puisi. Seperti
pernah diungkapkan Putu Fajar Arcana (kompas, 2005), selama ini
musikalisasi puisi cenderung diidentikkan dengan minimalitas penggunaan alat
musik. Banyak yang kemudian beranggapan musikalisasi puisi harus bernuansa
sendu dan sunyi.
Persoalan
kejernihan sebuah musikalisasi puisi, tidak terletak pada penggunaan alat
musiknya, tapi pada keberhasilan pemusikalisasi menerjemahkan tafsiran puisi ke
dalam karya musiknya. Sehingga makan puisi itu terkomunikasikan dengan baik
kepada apresian. Puisi yang mengandung perasaan riang, ceria, misalnya tentunya
menghendaki irama-irama yang riang dan ceria pula, dengan penggunaan alat-alat
musik yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyi dan nada-nada riang, serta penampilan yang riang pula dari penampilan.
Puisi yang berisi tentang kekerasan tentunya membutuhkan instrumen-instrumen
musik yang bisa menerjemahkan kekerasan itu. Setiap jenis puisi memerlukan
pemusikalisasian yang berbeda pula. Tidak selalu harus dalam nuansa sendu.
Pemahaman
yang lebih terbuka terhadap penggunaan alat musik dalam musikalisasi puisi tentunya
akan membuat jenis kesenian ini lebih berkembang.
1. Tahap-Tahap Memusikalisasi Puisi
a. Tahap Memahami dan Menafsirkan Puisi
Puisi dapat dipahami dan ditafsirkan
melalui unsur-unsur pembentuknya. Oleh karena itu, pemahaman tentang
unsur-unsur tersebut perlu dimiliki. Untuk menafsirkan puisi kita harus
mengetahui jenis-jenis puisi.
Ø
Makna dan Unsur-Unsur Puisi
·
Makna Puisi
Menurut I. A. Richard, arti puisi
itu tidak hanya satu, tapi empat, yaitu:
- pokok yang dibicarakan penyair;
- nada penyair dalam mengungkapkan pokok itu;
- perasaan penyair tentang pokok itu; dan
- maksud penyair mengemukakan pokok itu
Seorang pemusikalisasi puisi tentulah harus dapat menangkap keempat makna
tersebut agar maksud, nada, perasaan, suasana, dan arti puisi itu
terpresentasikan dalam karya musikalisasinya. Dengan demikian, makna puisi itu
pun bisa terkomunikasikan dengan baik.
·
Unsur-unsur puisi
Dalam mengungkapkan gagasan,
pengalaman, dan perasaannya dalam puisi, penyair menggunakan media bahasa yang
telah diolah agar memiliki kekuatan daya ungkap dan daya estetik sehingga dapat
menyentuh pembaca. unsur-unsur bahasa, menurut Nenden Lilis A, adalah sebagai
berikut:
Ø Diksi
Diksi adalah kata-kata yang dipilih
baik dari kosakata sehari-hari atau formal, dari bahasa Indonesia atau bahasa
lain, bermakna denotasi (memiliki arti lugas, sebenarnya, atau arti
kamus), atau konotasi (memiliki arti tambahan, yakni arti yang ditimbulkan oleh
asosiasi-asosiasi (gambaran, ingatan, perasaan) dari kata tersebut diluar arti
denotasinya).
Ø Citra/Imaji
Citra/imaji adalah kata atau susunan
kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkongkret apa yang dinyatakan
penyair sehingga apa yang digambarkan itu dapat ditangkap oleh panca indra
kita.
Ø Lambang
Dalam
puisi banyak digunakan lambang, yaitu penggantian suatu hal atau benda, dengan
hal atau benda lain. Lambang bermacam-macam jenisnya. Jenis-jenis itu antara
lain lambang benda atau lambang warna.
Ø Bunyi
Bunyi
dalam puisi berfungsi untuk menambah keindahan dan kenikmatan dari puisi
tersebut, juga berfungsi untuk memperdalam ucapan (daya ungkap), menimbulkan
rasa, menimbulkan suasana yang khusus, dan lain-lain.
Ø Gaya Bahasa
Gaya bahasa,
menurut Nugiyanto (1995:277) adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang
dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan dan efek yang diharapkan.
C.
KETERBATASAN MUSIKALISASI PUISI
Puisi
tercipta untuk dibaca, karenanya membaca dan puisi bagai dua sisi keping mata
uang. Pembacaan diperlukan karena puisi mengandung sistem kode yang rumit dan
kompleks. Ada kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. Untuk memahami sebuah
puisi, maka pengetahuan akan ketiga kode ini sangat diperlukan.
Musikalisasi puisi pun harus
beranjak dari konsep pembacaan ini. Pembacaan yang diintegrasikan dengan nada
dan melodi dapat memperkuat suasana puisi, memperjelas makna dan ikut membantu
membentuk karakter puisi itu sendiri. Karena itu, dalam kegiatannya, jangan memaksakan
totalitas puisi menjadi lagu, jika memang dapat merusak, bahkan menghancurkan
puisi itu sendiri.
Banyak bagian puisi hanya akan
kuat kalau dibacakan, yang justru akan hancur kalau dilagukan. Misalnya tempo
dan negasi.
Tempo dalam puisi berfungsi untuk
mendapat efek, dan negasi (saat diam) berfungsi untuk menciptakan suasana
kontemplatif, sugestif dan aperseptif dalam sebuah puisi. Dalam pembacaan
puisi, negasi juga bisa membantu seorang pembaca untuk improvisasi, jika
mengalami “habis napas”. Dalam satu bait puisi dapat dimungkinkan terdapat
beberapa tempo yang berbeda, dan bisa terjadi beberapa kali perubahan negasi.
Sementara pada lagu, negasi
tidak ada. Persamaan istilah yang mungkin mendekati adalah kadens. Pada lagu
kadens adalah jeda antara satu frase dengan frase berikutnya, bait satu ke bait
berikutnya, atau saat menuju refrain dan fading. Sedangkan tempo pada lagu
dikandung oleh satu konstruksi bait, yang ditentukan kecepatan gerak pulsa
dalam tiap-tiap notasi. Namun, keseluruhan lagu tersebut dapat pula lebih
dahulu ditentukan temponya, seperti adanya istilah-istilah forte, piano forte,
allegro, adagia dan sebagainya.
Tempo dan kadens pada lagu
umumnya bersifat permanen dan telah ditentukan sebelumnya oleh pencipta lagu
tersebut. Sedangkan, tempo dan negasi pada puisi dipengaruhi oleh dua hal,
pertama suasana asli puisi dan kedua ditentukan oleh situasi apresiasi.
Tempo dan negasi adalah dua ciri
khas membaca puisi yang sulit untuk dilagukan. Jika pun dipaksa untuk dilagkan,
maka dapat terjadi disharmoni irama lagu itu sendiri. Karena itu, dalam
kegiatan musikalisasi puisi, bait dan bagian-bagiannya atau beberapa larik
dalam bait jika memiliki tempo dan negasi yang ketat, maka pada bagian ini
disarankan untuk tetap dibacakan, tidak dilagukan. (Sebagai modifikasinya dan
improvisasi, pada bagian ini diisi saja dengan bunyi alat musik).
Selain tempo dan negasi,
enjambemen puisi merupakan hambatan tersendiri dalam musikalisasi puisi.
Enjambemen adalah pemenggalan baris dan hubungan antara baris. Dengan adanya
enjambemen ini, maka pemenggalan baris-baris puisi oleh penyairnya menentukan
makna puisi. Banyak puisi yang secara tipografik tidak menggunakan tanda baca
atau tidak mengenal huruf kapital, hingga menjadi kesulitan tersendiri dalam
menentukan enjambemen suatu puisi. Suatu tindakan yang sangat tidak apresiatif,
jika kita mengorbankan enjambemen sebuah puisi, atau tidak mengindahkannya
dalam kegiatan musikalisasi puisi, demi harmonisasi irama lagu.
Puisi harus tetap puisi.
Musikalisasi puisi harus tetap menghormati puisi sebagai teks sastra, tidak
bertujuan mengubahnya sebagai teks lagu. Puisi dasarnya tidak ditujukan sebagai
teks lagu, maka banyak puisi memiliki peluang yang kecil untuk dapat dilagukan.
Teks puisi diciptakan oleh penyairnya pada hakikatnya adalah untuk dibaca,
sedangkan teks lagu dibuat memang dengan tujuan untuk dilagukan.
Tan Lio Ie menyatakan, jangan
menjadikan puisi subordinat dalam musikalisasi puisi. Pernyataan benar, karena
banyak keterbatasan dalam memusikalisasikan puisi. Jangan mengorbankan puisi
demi menjadi lagu, walaupun menjadi lagu yang baik sekalipun, namun merusak
puisi itu