leily ijolumut

leily ijolumut

Senin, 27 April 2015

Musikalisasi Puisi



A.     PENGERTIAN MUSIKALISASI PUISI
Musikalisasi puisi adalah puisi yang di nanyikan sehingga seorang pendengar yang  kurang paham menjadi paham, yang tidak bisa menggambarkan sebuah isi puisi bisa tau isi puisi tersebut. Dengan mengkoloborasikan antara sastra dan musik.

Musikalisasi puisi, seperti halnya deklamasi atau pembacaan puisi, rampak puisi, dan dramatisasi puisi, adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan dan mengekspresikan puisi kepada audien.
Musikalisasi puisi dapat diartikan melagukan sebuah puisi atau membaca puisi dengan diiringi musik. Yang diperhatikan dalam musikalisasi puisi adalah makna, suasana, dan irama puisi. Berikut ini ada beberapa hal yang harus dilakukan agar dapat memusikalisasi puisi secara baik.
1.      Menentukan puisi yang akan dimusikalisasi.
2.      Mengapresiasi puisi yang telah ditentukan.
3.      Memerhatikan kesusastraan isi puisi dengan suasana yang dibangun.
4.      Menentukan alat musik yang digunakan untuk mengiringi musikalisasi puisi.
5.      Menentukan notasi nada yang akan digunakan
Musikalisasi puisi sudah menjadi sebagian dari sastra dan seni,
Cara proses dari puisi menjadi Musikalisasi puisi
1.      Baca Puisi.
2.      Pahami isi puisi.
3.      Jika sudah mengetahui isi puisi, coba mencari nada sesuai isi puisi (nada sedih, senang, kemerdekaan dan lain - lain).
4.      Setelah melakukan kedua tersebut satukan puisi yang kita baca dengan musik.
5.      Musik harus sesuai dengan isi puisi agar pendengar paham dengan isi puisi karna itulah
B. JENIS-JENIS MUSIKALISASI PUISI
1.      Musikalisasi Puisi Awal
Musikalisasi puisi yang dibawakan dengan cara pembacaan puisi yang dilatarbelakangi atau yang diiringi komposisi musik, baik musik vokal maupun instrumental.
2.      Musikalisasi Puisi Terapan
Musikalisasi puisi yang mana syair-syair puisi diterapkan menjadi lirik lagu, sebagimana halnya lagu-lagu popular pada umumnya.
3.      Musikalisasi Puisi Campuran
Musikalisasi puisi yang ditampilkan dengan cara menyuguhkan komposisi musik, yang di dalamnya ada sebuah puisi syair-syairnya ada yang dilagukan dan dinarasikan.
C.  MEMBUAT MUSIKALISASI PUISI
Musik memiliki karakteristik tersendiri. Puisi pun demikian. Dalam musikalisasi puisi, musik dan puisi ini dipadukan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan makan puisi. Agar dapat melakukannya dengan baik, tentulah harus dikuasai teknik-tekniknya. Selain itu

karena ada dua unsur yang disatukan di dalamnya, yaitu musik dan puisi, kedua hal ini pun harus dikuasai terlebih dahulu.
1.      Aspek-Aspek Cara Membuat Musikalisasi Puisi Secara Tepat
a.      Pemusikalisasi Puisi
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh seseorang yang ingin membuat musikalisasi puisi. Yang pertama berhubungan dengan musik, dan yang kedua berhubungan dengan puisi.
      Dalam kaitannya dengan hal pertama, si pemusikalisasi puisi harus sudah mempunyai kemampuan teknis dalam bidang musik. Artinya, dia harus tidak punya kendala teknis dalam bidangnya sendiri (musik). Adapun berhubungan dengan hal kedua, seseorang yang akan memusikalisasi puisi hendaknya sudah memiliki bekal sejumlah pengertian yang berhubungan  dengan puisi itu sendiri. Juga kemampuan teknis dalam membaca (memahami, menikmati, dan memasuki unsur-unsur puisi secara lebih mendalam)
b.      Menyampaikan Puisi Melalui Musik
      Penyair berusaha mengolah dan menggali daya tarik dan daya ungkap bahasa dalam puisinya yang berupa bunyi, irama, dan rima . segala aspek puisi itu hendaknya dapat ditangkap oleh seorang pemusikalisasi puisi.
      Dengan mengkaji dan menangkap aspek-aspek tersebut, arti puisi pun dapat tertangkap, baik arti berupa pokok pembicaraan dalam puisi, perasaan dan suasana hati yang terkandung dalam puisi, nada bicara penyair dalam mengungkapkan puisi, dan maksud atau tujuan yang ingin dicapai penyair dalam puisi itu. Keempat arti tersebut hendaknya dapat tertampilkan atau terpresentasikan dalam karya musikalisasi puisi. Artinya, puisi tidak sekedar memberi warna musik atau irama pada puisi, tapi juga menampilkan roh puisi yang hendaknya dapat membangkitkan daya tarik, daya ungkap, dan daya sentuh puisi yang digarap.
c.       Penggunaan Alat Musik untuk Musikalisasi Puisi
      Selama ini ada semacam salah tafsir terhadap apa yang dinamakan musikalisasi puisi. Seperti pernah diungkapkan Putu Fajar Arcana (kompas, 2005), selama ini musikalisasi puisi cenderung diidentikkan dengan minimalitas penggunaan alat musik. Banyak yang kemudian beranggapan musikalisasi puisi harus bernuansa sendu dan sunyi.
     Persoalan kejernihan sebuah musikalisasi puisi, tidak terletak pada penggunaan alat musiknya, tapi pada keberhasilan pemusikalisasi menerjemahkan tafsiran puisi ke dalam karya musiknya. Sehingga makan puisi itu terkomunikasikan dengan baik kepada apresian. Puisi yang mengandung perasaan riang, ceria, misalnya tentunya menghendaki irama-irama yang riang dan ceria pula, dengan penggunaan alat-alat musik yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyi dan nada-nada riang, serta penampilan yang riang pula dari penampilan. Puisi yang berisi tentang kekerasan tentunya membutuhkan instrumen-instrumen musik yang bisa menerjemahkan kekerasan itu. Setiap jenis puisi memerlukan pemusikalisasian yang berbeda pula. Tidak selalu harus dalam nuansa sendu. 
  Pemahaman yang lebih terbuka terhadap penggunaan alat musik dalam musikalisasi puisi tentunya akan membuat jenis kesenian ini lebih berkembang.
1.      Tahap-Tahap Memusikalisasi Puisi
a.      Tahap Memahami dan Menafsirkan Puisi
Puisi dapat dipahami dan ditafsirkan melalui unsur-unsur pembentuknya. Oleh karena itu, pemahaman tentang unsur-unsur tersebut perlu dimiliki. Untuk menafsirkan puisi kita harus mengetahui jenis-jenis puisi.
Ø  Makna dan Unsur-Unsur Puisi
·      Makna Puisi
Menurut I. A. Richard, arti puisi itu tidak hanya satu, tapi empat, yaitu:
- pokok yang dibicarakan penyair;
- nada penyair dalam mengungkapkan pokok itu;
- perasaan penyair tentang pokok itu; dan
- maksud penyair mengemukakan pokok itu
Seorang pemusikalisasi puisi tentulah harus dapat menangkap keempat makna tersebut agar maksud, nada,  perasaan, suasana,  dan arti puisi itu terpresentasikan dalam karya musikalisasinya. Dengan demikian, makna puisi itu pun bisa terkomunikasikan dengan baik.
·      Unsur-unsur puisi
Dalam mengungkapkan gagasan, pengalaman, dan perasaannya dalam puisi, penyair menggunakan media bahasa yang telah diolah agar memiliki kekuatan daya ungkap dan daya estetik sehingga dapat menyentuh pembaca. unsur-unsur bahasa, menurut Nenden Lilis A, adalah sebagai berikut:
Ø Diksi
Diksi adalah kata-kata yang dipilih baik dari kosakata sehari-hari atau formal, dari bahasa Indonesia atau bahasa lain,  bermakna denotasi (memiliki arti lugas, sebenarnya, atau arti kamus), atau konotasi (memiliki arti tambahan, yakni arti yang ditimbulkan oleh asosiasi-asosiasi (gambaran, ingatan, perasaan) dari kata tersebut diluar arti denotasinya).
Ø Citra/Imaji
Citra/imaji adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkongkret apa yang dinyatakan penyair sehingga apa yang digambarkan itu dapat ditangkap oleh panca indra kita.

Ø Lambang
     Dalam puisi banyak digunakan lambang, yaitu penggantian suatu hal atau benda, dengan hal atau benda lain. Lambang bermacam-macam jenisnya. Jenis-jenis itu antara lain lambang benda atau lambang warna.
   Ø Bunyi
     Bunyi dalam puisi berfungsi untuk menambah keindahan dan kenikmatan dari puisi tersebut, juga berfungsi untuk memperdalam ucapan (daya ungkap), menimbulkan rasa, menimbulkan suasana yang khusus, dan lain-lain.
   Ø Gaya Bahasa
     Gaya bahasa, menurut Nugiyanto (1995:277) adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan dan efek yang diharapkan. 
C.       KETERBATASAN MUSIKALISASI PUISI
            Puisi tercipta untuk dibaca, karenanya membaca dan puisi bagai dua sisi keping mata uang. Pembacaan diperlukan karena puisi mengandung sistem kode yang rumit dan kompleks. Ada kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. Untuk memahami sebuah puisi, maka pengetahuan akan ketiga kode ini sangat diperlukan.
         Musikalisasi puisi pun harus beranjak dari konsep pembacaan ini. Pembacaan yang diintegrasikan dengan nada dan melodi dapat memperkuat suasana puisi, memperjelas makna dan ikut membantu membentuk karakter puisi itu sendiri. Karena itu, dalam kegiatannya, jangan memaksakan totalitas puisi menjadi lagu, jika memang dapat merusak, bahkan menghancurkan puisi itu sendiri.
            Banyak bagian puisi hanya akan kuat kalau dibacakan, yang justru akan hancur kalau dilagukan. Misalnya tempo dan negasi.
          Tempo dalam puisi berfungsi untuk mendapat efek, dan negasi (saat diam) berfungsi untuk menciptakan suasana kontemplatif, sugestif dan aperseptif dalam sebuah puisi. Dalam pembacaan puisi, negasi juga bisa membantu seorang pembaca untuk improvisasi, jika mengalami “habis napas”. Dalam satu bait puisi dapat dimungkinkan terdapat beberapa tempo yang berbeda, dan bisa terjadi beberapa kali perubahan negasi.
       Sementara pada lagu, negasi tidak ada. Persamaan istilah yang mungkin mendekati adalah kadens. Pada lagu kadens adalah jeda antara satu frase dengan frase berikutnya, bait satu ke bait berikutnya, atau saat menuju refrain dan fading. Sedangkan tempo pada lagu dikandung oleh satu konstruksi bait, yang ditentukan kecepatan gerak pulsa dalam tiap-tiap notasi. Namun, keseluruhan lagu tersebut dapat pula lebih dahulu ditentukan temponya, seperti adanya istilah-istilah forte, piano forte, allegro, adagia dan sebagainya.
            Tempo dan kadens pada lagu umumnya bersifat permanen dan telah ditentukan sebelumnya oleh pencipta lagu tersebut. Sedangkan, tempo dan negasi pada puisi dipengaruhi oleh dua hal, pertama suasana asli puisi dan kedua ditentukan oleh situasi apresiasi.
Tempo dan negasi adalah dua ciri khas membaca puisi yang sulit untuk dilagukan. Jika pun dipaksa untuk dilagkan, maka dapat terjadi disharmoni irama lagu itu sendiri. Karena itu, dalam kegiatan musikalisasi puisi, bait dan bagian-bagiannya atau beberapa larik dalam bait jika memiliki tempo dan negasi yang ketat, maka pada bagian ini disarankan untuk tetap dibacakan, tidak dilagukan. (Sebagai modifikasinya dan improvisasi, pada bagian ini diisi saja dengan bunyi alat musik).
            Selain tempo dan negasi, enjambemen puisi merupakan hambatan tersendiri dalam musikalisasi puisi. Enjambemen adalah pemenggalan baris dan hubungan antara baris. Dengan adanya enjambemen ini, maka pemenggalan baris-baris puisi oleh penyairnya menentukan makna puisi. Banyak puisi yang secara tipografik tidak menggunakan tanda baca atau tidak mengenal huruf kapital, hingga menjadi kesulitan tersendiri dalam menentukan enjambemen suatu puisi. Suatu tindakan yang sangat tidak apresiatif, jika kita mengorbankan enjambemen sebuah puisi, atau tidak mengindahkannya dalam kegiatan musikalisasi puisi, demi harmonisasi irama lagu.
           Puisi harus tetap puisi. Musikalisasi puisi harus tetap menghormati puisi sebagai teks sastra, tidak bertujuan mengubahnya sebagai teks lagu. Puisi dasarnya tidak ditujukan sebagai teks lagu, maka banyak puisi memiliki peluang yang kecil untuk dapat dilagukan. Teks puisi diciptakan oleh penyairnya pada hakikatnya adalah untuk dibaca, sedangkan teks lagu dibuat memang dengan tujuan untuk dilagukan.
            Tan Lio Ie menyatakan, jangan menjadikan puisi subordinat dalam musikalisasi puisi. Pernyataan benar, karena banyak keterbatasan dalam memusikalisasikan puisi. Jangan mengorbankan puisi demi menjadi lagu, walaupun menjadi lagu yang baik sekalipun, namun merusak puisi itu